IKN; Martir Deforestasi Menuju Indonesia Emas

Yudha Cilaros

Oleh : Cakpra

Caritrend – Pemerintah Indonesia, dalam kebijakannya yang terbaru dan paling ambisius, telah memutuskan untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke sebuah lokasi baru di Kalimantan Timur yang dinamai Ibu Kota Negara (IKN).

Meskipun rencana ini terdengar seperti langkah berani menuju masa depan yang lebih baik, sayangnya, ini lebih mirip dengan pengorbanan besar yang membawa kehancuran lingkungan dan ketidakstabilan sosial ekonomi daripada sebuah langkah emas menuju kemajuan.

“Menyelamatkan” Jakarta dengan Mengorbankan Kalimantan

Jakarta, yang kita tahu, adalah kota yang berjuang dengan berbagai masalah mulai dari kemacetan lalu lintas, polusi udara, hingga penurunan tanah yang mengkhawatirkan.

Dengan masalah sebesar ini, seolah-olah solusinya hanyalah satu: lari dan memulai dari awal di tempat lain.

Dan di sinilah Kalimantan Timur masuk, dengan hutan tropisnya yang subur siap untuk ditebang dan diratakan demi visi megah pemerintah.

Para pengambil keputusan, tentu saja, dengan bangga mengklaim bahwa proyek ini akan mengurangi beban Jakarta dan menciptakan pusat ekonomi baru yang lebih modern dan berkelanjutan.

Namun, ada satu elemen kecil yang mereka abaikan: lingkungan. Pembangunan IKN memerlukan deforestasi dalam skala besar, menghilangkan habitat alami bagi banyak spesies yang terancam punah, dan mengurangi kemampuan alam untuk menyerap karbon dioksida, yang semakin memperparah perubahan iklim.

Pembangunan dengan Biaya Manusia

Tidak hanya lingkungan yang menderita, masyarakat lokal juga menghadapi ancaman serius.

Warga asli Kalimantan, termasuk suku Dayak, yang telah hidup harmonis dengan alam selama berabad-abad, kini harus menghadapi ancaman kehilangan tanah dan budaya mereka.

Proyek pembangunan IKN berarti bahwa tanah adat mereka akan diambil alih oleh beton dan baja, memaksa mereka untuk meninggalkan cara hidup tradisional mereka.

Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa pembangunan IKN akan menciptakan lapangan kerja baru, namun pekerjaan ini kebanyakan akan tersedia bagi pendatang baru, bukan penduduk lokal.

Ini berpotensi menciptakan ketidakadilan sosial dan ketegangan antara pendatang dan masyarakat asli, mengganggu stabilitas sosial yang sudah rapuh.

Ekonomi yang Tidak Seimbang

Lalu ada argumen ekonomi. Pemerintah berjanji bahwa IKN akan menjadi pusat ekonomi baru yang akan meningkatkan PDB nasional dan membawa kesejahteraan bagi semua. Tapi mari kita periksa ini lebih dekat.

Biaya untuk memindahkan ibu kota diperkirakan mencapai ratusan triliun rupiah, uang yang mungkin bisa digunakan lebih baik untuk memperbaiki infrastruktur dan layanan publik di seluruh negeri, termasuk di Jakarta.

Sementara itu, sumber daya yang seharusnya bisa digunakan untuk mendukung ekonomi lokal di Kalimantan, seperti pengembangan pertanian berkelanjutan atau pariwisata, kini dialihkan untuk proyek megah yang tidak menjamin kesuksesan jangka panjang.

Apakah menghamburkan triliunan untuk menciptakan kota baru benar-benar solusi terbaik, atau hanya cara lain untuk membakar uang rakyat dalam api kegagalan?

Stabilitas Sosial yang Terancam

Kemudian ada dampak sosial yang tidak bisa diabaikan. Pembangunan besar-besaran seperti ini seringkali membawa gelombang urbanisasi yang tidak terkendali.

Migrasi besar-besaran ke wilayah baru bisa mengakibatkan masalah sosial yang kompleks, mulai dari peningkatan kriminalitas hingga masalah perumahan yang akut.

Kota-kota baru yang direncanakan dengan buruk bisa menjadi magnet bagi ketidakstabilan sosial, bukannya pusat kemakmuran yang diharapkan.

Selain itu, kebijakan yang terkesan tergesa-gesa dan tidak transparan ini menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat.

Mereka yang merasa diabaikan atau tidak diuntungkan oleh proyek ini akan semakin merasa marah dan frustrasi, menciptakan potensi konflik sosial di masa depan.

Budaya yang Terancam

Budaya lokal, yang menjadi identitas dan kebanggaan masyarakat, juga berada dalam bahaya.

Pembangunan IKN bisa memarginalkan budaya lokal, menggantikannya dengan budaya urban yang homogen.

Tradisi, bahasa, dan cara hidup yang unik dari masyarakat asli bisa terkikis dan hilang dalam arus modernisasi yang cepat.

Kesimpulan

Seolah-olah kita sedang menyaksikan drama epik di mana pemerintah memainkan peran sebagai pahlawan yang akan menyelamatkan negara dari kehancuran, padahal sebenarnya mereka menciptakan masalah baru yang jauh lebih kompleks.

Pembangunan IKN adalah martir deforestasi yang membawa kita ke jalan penuh resiko, bukan emas.

Alih-alih membawa kemakmuran dan stabilitas, proyek ini lebih mungkin membawa kerusakan lingkungan, ketidakadilan sosial, dan ketidakstabilan ekonomi.

Jadi, sebelum kita merayakan langkah besar ini sebagai kemenangan besar menuju masa depan, mari kita berhenti sejenak dan berpikir.

Apakah ini benar-benar jalan yang ingin kita tempuh? Atau apakah kita hanya sedang mengulangi kesalahan masa lalu, membangun masa depan yang penuh dengan janji kosong dan pengorbanan yang sia-sia?

Oleh : Cakpra

Share This Article