Caritrend – Starlink, proyek ambisius yang digagas oleh Elon Musk, pendiri SpaceX, telah menjadi sorotan dunia. Dengan menggabungkan teknologi satelit dan konektivitas internet, Starlink bertujuan untuk menghadirkan akses internet global yang cepat, andal, dan terjangkau.
Contents
Di sisi lain, internet kabel telah lama menjadi pilihan utama di banyak negara. Artikel ini akan membandingkan dua jenis konektivitas ini berdasarkan kecepatan, stabilitas, dan biaya.
Starlink: Kecepatan dan Latensi
- Kecepatan: Starlink menawarkan kecepatan internet yang mengesankan. Pengguna di Bandung melaporkan kecepatan hingga 360 Mbps. Namun, perlu dicatat bahwa kecepatan ini dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan kondisi cuaca.
- Latensi: Latensi adalah waktu yang diperlukan untuk merespons perintah. Starlink memiliki latensi yang lebih baik daripada satelit konvensional, berkisar antara 25 ms hingga 50 ms. Meskipun lebih tinggi daripada internet kabel, ini masih cukup baik untuk sebagian besar pengguna.
Internet Kabel: Stabilitas dan Biaya
- Stabilitas: Internet kabel memiliki latensi yang lebih rendah, biasanya antara 11 ms hingga 19 ms². Selain itu, kabel terkubur di dalam tanah, sehingga lebih tahan terhadap cuaca ekstrem dan gangguan.
- Biaya: Starlink memerlukan perangkat yang dibanderol sekitar Rp 7,8 juta dengan biaya pemasangan Rp 345 ribu. Di sisi lain, internet kabel memerlukan infrastruktur yang lebih mahal, terutama di negara kepulauan seperti Indonesia.
- Starlink: Cocok untuk daerah terpencil dan tempat tanpa infrastruktur kabel. Kecepatan tinggi, tetapi biaya awal yang signifikan.
- Internet Kabel: Stabil, latensi rendah, tetapi memerlukan investasi besar dalam infrastruktur.
Pilihan tergantung pada kebutuhan dan lokasi. Starlink menawarkan alternatif menarik, tetapi internet kabel tetap menjadi pilihan utama di banyak wilayah.